Jakarta, 30 September 2025 – Pada hari ini SMAN 35 Jakarta kedatangan bapak Irwan Budisusanto selaku founder Smart Waste Solution, beliau menjelaskan pentingnya gaya hidup berkelanjutan untuk sekarang dan generasi di masa depan. Kesadaran menjaga lingkungan kini menjadi kebutuhan mendesak, bukan lagi sekadar wacana. SMA Negeri 35 Jakarta mengambil langkah nyata dengan mendorong siswa dan guru untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan dalam keseharian. Melalui program edukasi lingkungan, sekolah berupaya membangun kebiasaan positif yang selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan Berkelanjutan: Dari Konsep ke Aksi Nyata

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang. Konsep ini menekankan keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan kelestarian lingkungan.

Para ahli mengingatkan bahwa setiap keputusan pembangunan harus mempertimbangkan dampaknya bagi anak muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa. Contoh nyata terlihat pada cadangan minyak bumi di Indonesia yang semakin menipis. Sumber daya ini berkurang karena pemanfaatannya kurang bijaksana, padahal sifatnya terbatas dan sulit diperbarui. Jika hal ini terus berlangsung, generasi mendatang tidak akan memiliki kesempatan untuk memanfaatkannya lagi.

Inilah alasan mengapa pembangunan harus dikelola secara hati-hati, dan masyarakat dituntut untuk mulai beralih pada pola hidup yang lebih ramah lingkungan. Sekolah, sebagai lembaga pendidikan, berperan penting untuk menanamkan kesadaran tersebut sejak dini.

Gaya Hidup Berkelanjutan: Cara Hidup Ramah Lingkungan

Untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, dibutuhkan perubahan gaya hidup. Gaya hidup berkelanjutan adalah serangkaian kebiasaan yang bertujuan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, baik dari sisi individu maupun komunitas. Pola hidup ini menciptakan perubahan positif, mulai dari mengurangi pencemaran, menekan volume sampah, hingga memperlambat laju perubahan iklim.Tujuan utama dari gaya hidup berkelanjutan sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam 17 tujuan global tersebut, beberapa poin yang sangat relevan dengan kehidupan sekolah antara lain: menjaga ketersediaan air bersih, menggunakan energi secara efisien, mengurangi konsumsi berlebihan, dan mengelola sampah dengan baik. Dengan memahami tujuan-tujuan ini, siswa dan guru dapat lebih mudah menghubungkan kebiasaan sehari-hari mereka dengan tantangan global.

Langkah Praktis yang Bisa Dimulai di Sekolah

Menerapkan gaya hidup berkelanjutan bukanlah hal yang sulit. Justru, banyak langkah sederhana yang bisa dimulai dari lingkungan sekolah.

1. Pengelolaan Sampah

Sampah menjadi masalah klasik di hampir semua sekolah. Namun, masalah ini bisa menjadi peluang jika dikelola dengan benar. Langkah awal adalah memilah sampah berdasarkan kategorinya: organik, anorganik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

  • Sampah organik seperti sisa makanan, daun kering, dan kulit buah dapat diolah menjadi kompos atau pupuk cair. Produk ini bisa digunakan kembali untuk menyuburkan tanaman di sekolah.
  • Sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan logam sebaiknya didaur ulang atau dikumpulkan untuk dijual kembali. Semakin banyak yang didaur ulang, semakin sedikit volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir.
  • Sampah B3 seperti baterai, lampu bekas, atau obat-obatan perlu dipisahkan agar tidak mencemari lingkungan.

Dengan sistem ini, siswa belajar bahwa sampah bukan hanya kotoran, tetapi juga bisa diubah menjadi sesuatu yang berguna.

2. Efisiensi Energi

Listrik adalah kebutuhan pokok, tetapi penggunaannya sering berlebihan. Banyak ruang kelas yang lampunya tetap menyala meski kosong, atau AC yang diatur terlalu dingin. Kebiasaan ini bukan hanya boros energi, tetapi juga meningkatkan risiko kebakaran.

Untuk itu, sekolah mendorong langkah-langkah sederhana seperti:

  • Menjaga suhu AC tetap pada 24°C.
  • Mengganti lampu dengan jenis LED yang hemat energi.
  • Membiasakan mematikan peralatan listrik saat tidak digunakan.
  • Mencabut charger ponsel atau laptop setelah dipakai.

Selain hemat biaya, kebiasaan ini membantu menurunkan emisi karbon dan menjaga kelestarian energi.

3. Penghematan Air

Air sering dipakai berlebihan tanpa disadari. Padahal, ketersediaannya semakin terbatas. Di sekolah, air bekas wudhu atau cuci tangan dapat ditampung untuk menyiram tanaman. Air hujan juga bisa dimanfaatkan agar tidak terbuang sia-sia.

Siswa diajak untuk:

  • Menggunakan air secukupnya saat mencuci atau wudhu.
  • Memastikan keran tertutup rapat agar tidak menetes.
  • Menggunakan kembali air hujan atau air bekas untuk kebutuhan lain yang tidak memerlukan air bersih.

Kebiasaan kecil ini sangat membantu menjaga ketersediaan air bersih di masa depan.

4. Menggunakan Produk Ramah Lingkungan

Sekolah juga mengajak warga untuk beralih pada produk yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, mengganti plastik sekali pakai dengan tumbler atau kotak makan yang bisa dipakai berulang. Siswa juga dianjurkan membawa kantong belanja kain sendiri.

Selain itu, barang-barang daur ulang seperti meja atau tas dari spanduk bekas juga menjadi contoh nyata bahwa ramah lingkungan bisa sejalan dengan kreativitas dan inovasi.

5. Budidaya dan Penghijauan

SMAN 35 Jakarta telah mengembangkan berbagai program penghijauan. Lahan kosong dimanfaatkan untuk menanam pohon atau sayuran produktif. Ada pula budidaya ikan nila dan unggas dalam skala kecil yang bisa dimanfaatkan oleh warga sekolah.

Program ini mengajarkan siswa bahwa lingkungan yang sehat tidak hanya memberi manfaat ekologis, tetapi juga dapat menjadi sumber pangan dan nilai ekonomi tambahan.

Perubahan Pola Pikir Jadi Kunci Utama

Meski banyak langkah praktis bisa dilakukan, kunci utama dari semua upaya ini adalah perubahan pola pikir. Selama ini, banyak orang memandang sampah hanya sebagai masalah, energi sebagai sesuatu yang tak terbatas, dan air sebagai kebutuhan yang selalu tersedia.

Padahal, kenyataannya sumber daya alam sangat terbatas. Jika terus diabaikan, generasi muda akan menanggung akibatnya. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran baru: dari membuang menjadi memanfaatkan, dari boros menjadi hemat, dari acuh menjadi peduli.

Perubahan pola pikir ini tidak bisa dilakukan dalam sehari, melainkan melalui pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan. Guru berperan penting memberi contoh, sementara siswa dilatih agar terbiasa menjalankan kebiasaan baik hingga menjadi bagian dari budaya.

Ajakan untuk Bertindak Bersama

Gaya hidup berkelanjutan bukan sekadar teori atau jargon. Ia harus diwujudkan dalam tindakan nyata setiap hari. Mulai dari hal-hal sederhana: membawa botol minum sendiri, mematikan listrik saat tidak diperlukan, menutup keran hingga rapat, atau memungut sampah di halaman sekolah.

Jika seluruh siswa dan guru berkomitmen melakukannya, hasilnya akan terlihat nyata. Sekolah menjadi lebih bersih, biaya listrik dan air bisa dihemat, dan lingkungan sekitar lebih sehat. Lebih dari itu, kebiasaan baik ini akan terbawa ke rumah dan masyarakat, membentuk budaya baru yang peduli lingkungan. 

Pembangunan berkelanjutan adalah tanggung jawab bersama. Generasi muda, termasuk siswa SMA, memiliki peran penting dalam menjaganya. Dengan menerapkan gaya hidup berkelanjutan, kita tidak hanya menjaga kenyamanan hari ini, tetapi juga memastikan bahwa bumi tetap layak huni bagi anak cucu kita nanti.

SMAN 35 Jakarta ingin menunjukkan bahwa sekolah bisa menjadi contoh nyata penerapan gaya hidup berkelanjutan. Kini saatnya seluruh warga sekolah, dari siswa hingga guru, bergerak bersama. Ingat, perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil.

Our Social Media 
Instagram   : adiwiyata_sman35jkt
Tiktok      : Adiwiyata SMAN 35 Jakarta
Categories: ADIWIYATA